Senin, 12 Maret 2012

High Rise Building, Apakah Hanya Untuk Komersial Saja?

Mall, hotel berbintang, rental office, dan apartemen merupakan bangunan yang didirikan sebagai fasilitas yang dijual kepada masyarakat. Bangunan-bangunan komersial tersebut terdiri atas beberapa unit yang disewakan atau dijual dengan harga yang tentunya tidaklah murah. Masyarakat yang tinggal di apartemen, atau masyarakat yang bekerja di sebuah perusahaan dengan  kantor yang berada di salah satu unit sebuah rental office, ataupun masyarakat yang membiasakan diri dengan berbelanja untuk kebutuhan sehari-harinya di mall dan menyewa hotel sebagai tempat menginap sementara, secara pandangan sosial mereka bukanlah orang sembarangan. Mereka bukanlah lagi orang yang bingung memikirkan tentang bagaimana cara mendapatkan uang untuk makan di hari esok seperti kebanyakan masyarakat kecil di Indonesia. Sebaliknya, mereka adalah orang yang bingung memikirkan bagaimana caranya menghabiskan uang. Untuk sekali tidur di hotel berbintang lima saja, mereka harus membayar 1,5 sampai 10 juta rupiah. Andaikan saja uang tersebut bisa dikumpulkan dan disumbangkan untuk membangun sebuah masjid, alangkah beruntungnya ia karena dengan begitu berarti ia telah memesan sebuah unit apartemen super mewah di surga nanti. Insya Allah.

Mungkin saya tidak mempermasalahkan orang-orang yang kebingungan untuk menghabiskan uang atau mencari uang sebanyak-banyaknya tersebut. Biarlah mereka tetap berada dalam kebingungan itu. Yang menjadi masalah adalah karya-karya arsitektur high rise yang melayani segala kebutuhan para pembuang uang tersebut. Mall, hotel berbintang, rental office, apartemen mewah, dan bangunan komersial elit lainnya biasanya dibangun dengan lebih dari 10 lantai. Bahkan sekarang yang sedang tren adalah mix used building atau bangunan multi guna yang merupakan satu bangunan namun terdiri atas beberapa fungsi komersial seperti yang telah disebutkan tadi. Sehingga berdirinya mix used building tersebut membentuk sebuah skyscraper atau gedung pencakar langit, karena membutuhkan banyak lantai untuk menyediakan fasilitas-fasilitas tersebut. Untuk mendirikan sebuah mix used building dalam skala skyscraper tentunya dibutuhkan cost yang luar biasa banyaknya. Namun untuk urusan bisnis, tentunya perusahaan pengembang pembangunan mix used building tersebut tidak kehilangan cara untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar sebagai penambal dari modal pembangunan yang banyak tersebut. Mereka memberikan added value pada bangunan tersebut sehingga mereka pantas memberikan harga jual jauh lebih mahal untuk tiap produk yang disediakan oleh mix used building tersebut. Added value yang biasanya diberikan adalah lokasi yang strategis, akses yang cepat dan mudah, tampilan bangunan yang menarik dan unik, serta penambahan fasilitas lainnya yang tidak tersedia di bangunan lainnya yang sejenis. Jika berbicara tentang high rise building, sepertinya akan menjadi sebuah lahan komersial yang menggiurkan untuk dikembangkan dan terus dikembangkan hingga keuntungan tak terhingga yang akan didapatkan.

Apakah high rise building memiliki dampak negatif? karena saya belum pernah membangun sebuah high rise building, jadi saya tidak tahu pastinya. Namun, jika dilogika saja, dampak negatif dari berdirinya sebuah high rise building yang bertujuan komersial pastilah ada. Secara ekologi saja, bangunan komersial tersebut sangat tidak ramah lingkungan. Penggunaan pendingin ruangan yang pastinya tidak dapat dihindari penggunaannya menyebabkan pencemaran lingkungan melalui pemakaian bahan CFC pada AC yang juga dapat mempengaruhi menipisnya lapisan ozon. Belum lagi dampak dari penggunaan material kaca yang dominan pada bangunan tinggi. Penggunaan energi lainnya seperti air dan listrik pada high rise building tentunya juga menambah beban kota dalam memenuhi seluruh kebutuhan energinya. Selain pengaruhnya terhadap lingkungan, dampak high rise building dari segi sosial dan budaya juga sangat signifikan. Keberadaan mall sebagai pusat perbelanjaan modern mengubah gaya hidup seseorang dalam memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Anggapan atas status sosial yang terangkat ketika seseorang tinggal di sebuah apartemen mewah juga menjadikan seseorang dengan gaya hidup glamor untuk memaksakan diri agar bisa tinggal di apartemen tersebut. Padahal jika dipikir secara praktis, belanja di pasar tradisional atau tinggal di perumahan yang lebih murah tidaklah ada bedanya. Hal ini juga yang menjadi dampak negatif keberadaan high rise building dari segi ekonomi. Masyarakat perkotaan yang sangat peduli dengan gaya hidup akan meninggalkan jauh-jauh kegiatan berbelanja di pasar tradisional, yang menyebabkan pasar tersebut menjadi sepi pembeli dan terjadi ketidakseimbangan ekonomi di kota tersebut. Pengusaha pengelola high rise building dan pemilik fasilitas mall di bangunan tersebut menjadi semakin kaya dengan terus meningkatnya jumlah konsumen mereka, sedangkan masyarakat menengah ke bawah yang berjualan di pasar tradisional akan menjadi semakin terpuruk dengan beralihnya pelanggan mereka untuk berbelanja ke mall. Berbicara masalah dampak negatif dari pembangunan high rise building, tentunya akan sangat banyak lagi dan tidak akan habis untuk dibicarakan.

Yang menjadi pertanyaan adalah : adakah high rise building yang memperhatikan permasalahan-permasalahan yang ditimbulkan dan tidak hanya mementingkan urusan komersial saja?

Setiap yang bernyawa pasti akan mati, lihatlah ke bawah, kita tidak hidup sendirian.
Semoga bermanfaat.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar